Telepon sangatlah menyenangkan, tetapi kita bisa dijajah olehnya.
Kita mungkin merasa bahwa deringannya mengganggu, atau merasa terganggu oleh banyaknya panggilan.
Ketika kita berbicara di telepon, kita mungkin lupa bahwa kita sedang berbicara di telepon, menghamburkan waktu (dan uang) yang sangat berharga.
Kerap kali kita membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Sudah berapa kali kita menerima rekening telepon kita dan menggerenyit pada jumlahnya?
Dering telepon menciptakan semacam getaran didalam diri kita, dan mungkin sedikit kecemasan,
“Siapakah yang menelepon? Apakah berita baik atau buruk?”
Namun ada kekuatan di dalam diri kita yang mendorong kita berjalan menuju ke arah telepon, dan kita tidak dapat melawannya.
Kita menjadi korban dari telepon kita sendiri.
Saya anjurkan lain kali anda mendengar dering telepon, tetaplah berada di tempat, tarik dan keluarkan napas secara sadar, tersenyumlah
pada diri sendiri, dan ucapkan kalimat ini,
“Dengarlah, dengarlah.
Suara yang indah ini membawaku kembali pada kesejatian diriku”.
Ketika bel berdering untuk kedua kalinya, anda bisa mengulang syair itu, dan senyum anda bahkan menjadi lebih sempurna.
Ketika anda tersenyum, urat-urat di wajah anda rileks, dan ketegangan anda segera lenyap.
Anda dapat berusaha berlatih pernapasan dan tersenyum seperti ini, karena orang yang menelepon mempunyai sesuatu yang penting untuk dikatakan, ia pasti akan menunggu paling tidak sebanyak tiga kali deringan.
Ketika telepon berdering untuk ketiga kalinya, anda bisa melanjutkan bernapas dan tersenyum, sambil anda berjalan perlahan menuju telepon,
dengan segenap keagungan anda.
Anda adalah majikan anda sendiri.
Anda tahu bahwa tersenyum bukan hanya demi kepentingan anda, tetapi juga demi kepentingan pihak lain.
Jika anda tersinggung atau marah, pihak lain akan menerima imbasnya.
Tetapi karena anda telah bernapas secara sadar dan tersenyum, anda berada dalam kesadaran, dan ketika anda mengangkat telepon, betapa beruntungnya orang yang menelepon anda!
Sebelum menelepon, anda dapat juga menarik dan mengeluarkan napas tiga kali, lalu putarlah.
Ketika anda mendengar telepon di sana berdering anda tahu bahwa teman anda sedang berlatih bernapas dengan sadar dan tersenyum serta tak akan mengangkatnya sampai deringan ketiga.
Jadi anda memberitahu diri sendiri,
“Ia sedang bernapas, mengapa aku tidak?”
Anda berlatih menarik dan mengeluarkan napas, dan ia juga melakukannya.
Alangkah indahnya itu!
Anda tidak perlu masuk ke ruang meditasi untuk melakukan praktik meditasi yang indah ini.
Anda dapat melakukannya di kantor maupun di rumah
Saya tidak tahu bagaimana operator telepon bisa mempraktikkannya manakala begitu banyak telepon berdering serempak.
Saya percayakan pada anda untuk mencarikan cara bagi para operator untuk berlatih meditasi telepon
Tetapi bagi kita yang bukan operator telepon mempunyai hak untuk bernapas tiga kali.
Mempraktikkan meditasi telepon dapat meniadakan ketegangan dan kemuraman serta membawa kesadaran di dalam kehidupan sehari-hari.
Source
Kita mungkin merasa bahwa deringannya mengganggu, atau merasa terganggu oleh banyaknya panggilan.
Ketika kita berbicara di telepon, kita mungkin lupa bahwa kita sedang berbicara di telepon, menghamburkan waktu (dan uang) yang sangat berharga.
Kerap kali kita membicarakan hal-hal yang tidak penting.
Sudah berapa kali kita menerima rekening telepon kita dan menggerenyit pada jumlahnya?
Dering telepon menciptakan semacam getaran didalam diri kita, dan mungkin sedikit kecemasan,
“Siapakah yang menelepon? Apakah berita baik atau buruk?”
Namun ada kekuatan di dalam diri kita yang mendorong kita berjalan menuju ke arah telepon, dan kita tidak dapat melawannya.
Kita menjadi korban dari telepon kita sendiri.
Saya anjurkan lain kali anda mendengar dering telepon, tetaplah berada di tempat, tarik dan keluarkan napas secara sadar, tersenyumlah
pada diri sendiri, dan ucapkan kalimat ini,
“Dengarlah, dengarlah.
Suara yang indah ini membawaku kembali pada kesejatian diriku”.
Ketika bel berdering untuk kedua kalinya, anda bisa mengulang syair itu, dan senyum anda bahkan menjadi lebih sempurna.
Ketika anda tersenyum, urat-urat di wajah anda rileks, dan ketegangan anda segera lenyap.
Anda dapat berusaha berlatih pernapasan dan tersenyum seperti ini, karena orang yang menelepon mempunyai sesuatu yang penting untuk dikatakan, ia pasti akan menunggu paling tidak sebanyak tiga kali deringan.
Ketika telepon berdering untuk ketiga kalinya, anda bisa melanjutkan bernapas dan tersenyum, sambil anda berjalan perlahan menuju telepon,
dengan segenap keagungan anda.
Anda adalah majikan anda sendiri.
Anda tahu bahwa tersenyum bukan hanya demi kepentingan anda, tetapi juga demi kepentingan pihak lain.
Jika anda tersinggung atau marah, pihak lain akan menerima imbasnya.
Tetapi karena anda telah bernapas secara sadar dan tersenyum, anda berada dalam kesadaran, dan ketika anda mengangkat telepon, betapa beruntungnya orang yang menelepon anda!
Sebelum menelepon, anda dapat juga menarik dan mengeluarkan napas tiga kali, lalu putarlah.
Ketika anda mendengar telepon di sana berdering anda tahu bahwa teman anda sedang berlatih bernapas dengan sadar dan tersenyum serta tak akan mengangkatnya sampai deringan ketiga.
Jadi anda memberitahu diri sendiri,
“Ia sedang bernapas, mengapa aku tidak?”
Anda berlatih menarik dan mengeluarkan napas, dan ia juga melakukannya.
Alangkah indahnya itu!
Anda tidak perlu masuk ke ruang meditasi untuk melakukan praktik meditasi yang indah ini.
Anda dapat melakukannya di kantor maupun di rumah
Saya tidak tahu bagaimana operator telepon bisa mempraktikkannya manakala begitu banyak telepon berdering serempak.
Saya percayakan pada anda untuk mencarikan cara bagi para operator untuk berlatih meditasi telepon
Tetapi bagi kita yang bukan operator telepon mempunyai hak untuk bernapas tiga kali.
Mempraktikkan meditasi telepon dapat meniadakan ketegangan dan kemuraman serta membawa kesadaran di dalam kehidupan sehari-hari.
Source
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berpikirlah sesuka hatimu, tapi katakanlah hanya apa yang harus kau katakan :)