Hello! Myspace Comments Welcome Myspace Comments Hello! Myspace Comments Thank You Myspace Comments

Mengenai Saya

Foto saya
anak manusia yang sedang mencari kesempurnaan dibalik segala ketidaksempurnaannya

Selasa, 24 Mei 2011

MEDITASI MENGEMUDI

Di Vietnam, empat puluh tahun yang lalu, saya merupakan bhikkhu pertama yang mengendarai sepeda.
Pada saat itu, hal ini dianggap tidak layak.
Tetapi sekarang, para bhikkhu mengendarai sepeda motor dan mobil.
Kita harus menjadikan latihan meditasi kita mengikuti zaman dan menanggapi keadaan sebenarnya di dunia, jadi saya telah menulis syair sederhana yang dapat anda baca sebelum menyalakan mobil anda.
Saya berharap anda menemukan manfaatnya:
Sebelum menjalankan mobil,
Saya tahu kemana saya akan pergi.
Mobil dan saya adalah satu,
Jika mobil berjalan cepat, saya berjalan cepat.

Kadang-kadang kita tidak benar-benar perlu menggunakan mobil, tetapi karena kita ingin menyingkir dari diri sendiri, kita pergi mengemudi.
Kita merasa ada kekosongan di dalam diri dan kita tidak ingin menghadapinya.
Kita tidak senang terlalu sibuk, tetapi setiap kita mempunyai waktu luang, kita takut berada sendirian bersama diri kita sendiri.
Kita ingin melarikan diri, menyalakan televisi, mengangkat telepon, membaca novel, pergi bersama teman-teman, atau mengeluarkan mobil dan pergi ke suatu tempat.
Peradaban kita mengajar kita untuk bertindak seperti ini dan membekali kita dengan berbagai barang yang dapat kita gunakan untuk menghilangkan ikatan dengan diri sendiri.
Jika kita membaca syair ini ketika kita akan memutar kunci kontak mobil kita, ia bisa seperti obor atau suluh, dan kita dapat melihat bahwa kita tidak perlu pergi ke manapun.
Ke manapun darinya kita pergi,
“diri”
kita akan bersama kita, kita tidak dapat melepaskan diri.
Jadi mungkin lebih baik, dan lebih menyenangkan, untuk mematikan mesin dan keluar untuk suatu meditasi berjalan.

Dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, dua juta mil persegi tanah hutan telah rusak oleh hujan yang asam, sebagian
dikarenakan oleh mobil-mobil kita.
“Sebelum menghidupkan mobil, saya tahu kemana saya akan pergi”,
merupakan suatu pertanyaan yang sangat mendalam.
Kemana kita akan pergi?
Untuk kehancuran kita sendiri?
Jika pepohonan mati, kita manusia juga akan mati.
Jika perjalanan anda memang perlu, silakan jangan ragu untuk pergi.
Tetapi jika anda melihat bahwa itu tidak terlalu penting, anda bisa menyingkirkan kunci dari staternya dan sebagai gantinya anda pergi berjalan-jalan di sepanjang tepi sungai atau melewati taman.
Anda akan kembali pada diri sendiri dan berteman kembali dengan pepohonan.

“Mobil dan saya adalah satu”.
Kita mempunyai kesan bahwa kita adalah sang majikan, dan si mobil hanyalah alat, tetapi hal itu tidak benar.
Jika kita menggunakan alat atau mesin apa saja, maka kita berubah.
Seorang pemain biola dengan biolanya menjadi sangat indah.
Seorang pria dengan sebuah senjata di tangannya menjadi sangat berbahaya.
Ketika kita menggunakan mobil, kita menjadi diri kita dan mobil itu.


Mengemudi merupakan tugas sehari-hari dalam masyarakat ini.
Saya tidak menyarankan anda untuk berhenti mengemudi, tetapi hanya lakukanlah dengan penuh kesadaran.
Ketika kita sedang mengemudi, kita hanya berpikir tentang tiba.
Oleh sebab itu, setiap kali kita melihat lampu merah, kita tidak bahagia.
Lampu merah menjadi semacam musuh yang menghalangi kita untuk mencapai tujuan.
Tetapi kita juga dapat melihat lampu merah sebagai genta kewaspadaan yang mengingatkan kita untuk kembali kepada saat ini.
Lain kali anda melihat lampu merah, tersenyumlah padanya dan kembali pada napas anda.
“Menarik napas, saya menenangkan jasmani saya.
Menghembuskan napas, saya tersenyum”.
Sungguh mudah untuk mengalihkan perasaan terganggu menjadi perasaan yang menyenangkan.
Meskipun itu lampu merah yang sama, ia menjadi berbeda.
Ia menjadi teman, membantu kita mengingat bahwa hanya pada saat ini kita dapat menjalani kehidupan kita.

Ketika saya berada di Montreal beberapa tahun yang lalu untuk membimbing suatu retret, seorang teman mengajak saya melintasi pegunungan.
Saya perhatikan setiap kali ada sebuah mobil berhenti di depan saya, kalimat
“Je me souviens”
terdapat di nomor pelat.
Itu berarti
“saya ingat”.
Saya tidak yakin apa yang ingin mereka ingat, mungkin asal-usul Perancis mereka, tetapi saya katakan pada temanku bahwa saya mempunyai hadiah untuknya.
“Setiap waktu anda melihat mobil dengan kalimat itu,
“Je me souviens”,
ingatlah untuk bernapas dan tersenyum.
Itu merupakan satu genta kewaspadaan.
Anda akan mempunyai banyak kesempatan untuk bernapas dan tersenyum ketika anda mengemudi melintasi kota Montreal.

Ia sangat senang, dan berbagi praktik ini dengan teman-temannya.
Kemudian, ketika ia mengunjungi saya di Perancis, ia mengatakan kepada saya bahwa sungguh lebih sulit untuk berlatih di Paris daripada di Montreal, karena di Paris tidak terdapat
“Je me souviens”.
Saya katakan padanya,
“Ada banyak lampu merah dan tanda berhenti di mana saja di Paris.
Mengapa anda tidak berlatih dengan mereka?”
Setelah ia kembali ke Montreal, melalui Paris, ia menulis sepucuk surat yang sangat indah.
“Guru, sungguh sangat mudah untuk berlatih di Paris.
Setiap kali sebuah mobil berhenti di depan saya, saya melihat mata sang Buddha berkedip kepada saya.
Saya harus menjawab Beliau dengan bernapas dan tersenyum, tak ada jawaban yang lebih baik daripada itu.
Saya menikmati saat yang indah mengemudi di Paris”.

Lain waktu anda terjebak dalam kemacetan lalu-lintas, jangan melawan.
Tidaklah berguna untuk melawan.
Bersandarlah dan tersenyum pada dirimu, seberkas senyum kasih sayang dan cinta kasih.
Nikmatilah saat ini, bernapas dan tersenyum, dan buatlah penumpang lain di dalam mobil anda berbahagia.
Kebahagiaan berada di sana jika anda tahu bagaimana bernapas dan tersenyum, karena kebahagiaan selalu dapat ditemukan pada saat ini.
Berlatih meditasi adalah untuk kembali kepada saat ini, untuk menemui bunga, langit biru, anak-anak.
Kebahagiaan selalu tersedia.
Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berpikirlah sesuka hatimu, tapi katakanlah hanya apa yang harus kau katakan :)