Hello! Myspace Comments Welcome Myspace Comments Hello! Myspace Comments Thank You Myspace Comments

Mengenai Saya

Foto saya
anak manusia yang sedang mencari kesempurnaan dibalik segala ketidaksempurnaannya

Selasa, 02 Agustus 2011

Sila (pertemuan ke 7 dari 12 pertemuan)

SUSIKKHITA VINAYA
Terlatih Baik Dalam Tata Tertib

Bagaikan bunga berwarna-warni yang dapat terangkai dengan indah karena benang pengikatnya, demikian pula umat manusia yang beraneka sifat, perangai, dan latar belakang dapat hidup bersama dengan teratur dan rukun karena adanya tata-tertib. Tanpa adanya tata-tertib, kehidupan umat manusia niscaya akan sama kacaunya dengan kehidupan binatang-binatang liar. Sesungguhnya, tata-tertib dalam Agama Buddha ditetapkan tidaklah semata-mata untuk menciptakan kedamaian dalam masyarakat saja, tetapi lebih daripada itu ialah demi perkembangan batin orang yang melatih serta melaksanakannya itu sendiri. Tata-tertib yang terlatih dengan baik adalah landasan mapan bagi peraihan Jalan Mulia yang membawa pada Pembebasan Sejati. Sang Buddha Gotama bersabda, "Terlatih Baik dalam Tata-tertib" adalah suatu Mangala, suatu Berkah Utama.

SILA I. PANATIPATA
Pana = Makhluk / Kehidupan
Atipata = Lepas dengan cepat
Gabungan kedua kosakata itu bermakna membuat suatu makhluk atau kehidupan mati / meninggal sebelum waktunya. Jadi 'panatipata' dalat diterkemahkan secara ringkas sebagai pembunuhan.


Menahan Diri Dari Membunuh Makhluk Hidup
Ada lima faktor agar suatu perbuatan dapat disebut membunuh :
  1. adanya makhluk hidup (pano)
  2. mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup (panasannita)
  3. berpikir untuk membunuhnya (vadhakacittam)
  4. berusaha untuk membunuhnya (upakkamo)
  5. makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut (tena maranam)
Mengetahui Besar Kecil Kesalahan
  1. bergantung  pada besar kecilnya tubuh (sarira)
    • apabila makhluk besar seperti gajah, kuda, kerbau, maka akan menghasilkan akibat yang berat (mahasavajja)
    • apabila makhluk kecil seperti nyamuk, lalat, semut, maka akan menghasilkan akibat yang ringan (appasavajja)
  2. bergantung pada kebajikan makhluk itu (guna)
    • misalnya pembunuhan manusia lebih berat dibanding pembunuhan binatang
  3. bergantung pada besar kecilnya upaya yang dikerahkan
    • penyiksaan sebelum dibunuh
    • mis : membawa binatang dengan posisi terbalik
  4. bergantung pada tebal dan tipisnya kekotoran batin (kilesa) pada saat berupaya
    • mis : pemburu yang menangkap buaya dengan bantuan monyet yang dipotong tangannya
    • jika seseorang tidak mengetahui suatu perbuatan  adalah melanggar sila, maka perbuatan itu akan menghasilkan akibat yang lebih berat karena akan terus diulang-ulang (micchaditthi = pandangan salah)

Objek dari Pelanggaran Sila Pertama
  1. manusia (bermoral / tidak bermoral)
  2. binatang
    - binatang berguna
    - binatang tidak berguna (yang merugikan / yang tidak merugikan)

Maksud (motif) dari Pelanggaran Sila Pertama
  1. direncanakan (sengaja)
    • mis : perampokan, pembalasan dendam
  2. tidak direncanakan sebelumnya
    • dorongan sesaat (mendadak)
      - mis : dua orang bertengkar, hingga ada yang terbunuh
    • mempertahankan diri
    • kecelakaan
      - mis : anak yang setelah dimarahi lalu lompat dari jendela
Usaha dari Pelanggaran Sila Pertama
  1. dikerjakan dengan tangan sendiri (sahatthika)
  2. dengan tak langsung
    • perintah atau suruhan (anattika)
    • pelontaran (dengan menggunakan senjata (nisaggiya))
    • berdiri diam (dengan perangkap permanen (thavara))
    • jampi-jampi (vijjamaya)
    • ilmu gaib (iddhimaya)
Hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran sila pertama yang harus kita hindari
  1. membunuh manusia dan hewan
  2. menyiksa manusia dan hewan
  3. menyakiti jasmani manusia dan hewan
Akibat Melanggar Sila Pertama
  1. lahir kembali dalam keadaan cacat
  2. mempunyai wajah yang buruk
  3. mempunyai perawakan yang jelek
  4. berbadan lemah, berpenyakitan
  5. tidak begitu cerdas
  6. selalu khawatir / cemas, takut
  7. dimusuhi dan dibenci banyak orang, tidak mempunyai pengikut
  8. terpisahkan dari orang yang dicintai
  9. berusia pendek
  10. mati dibunuh orang lain
Apakah bunuh diri termasuk pelanggaran sila??? 
  • beberapa penafsir, penulis kitab Saratthadipani Tika dan Vimuttivinodani Tika  mengatakan bahwa faktor pembunuhan kedua (pasannita) hanya mengacu pada makhluk lain, bukan diri sendiri.
  • dalam buku Pancasila Pancadhamma, Somdet Vajrananavarorasa berpendapat bahwa sasaran pembunuhan itu selain mengacu pada makhluk lain juga mencakup diri sendiri.
  • dalam Jataka Atthakatha : "Makhluk- makhluk hidup yang membunuh dirinya sendiri dengan senjata, minum racun, gantung leher, terjun ke tebing dengan didasari oleh kemarahan, niscaya akan terlahirkan kembali di Alam Neraka, dan sebagainya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berpikirlah sesuka hatimu, tapi katakanlah hanya apa yang harus kau katakan :)