Hello! Myspace Comments Welcome Myspace Comments Hello! Myspace Comments Thank You Myspace Comments

Mengenai Saya

Foto saya
anak manusia yang sedang mencari kesempurnaan dibalik segala ketidaksempurnaannya

Minggu, 30 Oktober 2011

Ibu Gajah yang Buta

Dahulu kala, di sebuah kaki bukit di pegunungan Himalaya, di dekat sebuah kolam teratai, lahirlah seekor bayi gajah. Bayi gajah ini luar biasa indah menawan, putih bersih seperti salju dengan wajah yang sedikit bersemu kemerahan seperti warna batu karang. Belalainya berkilau indah bagaikan utas tali yang berwarna keperakan, gadingnya yang kuat dan kokoh membentuk sedikit lengkungan yang manis.

Ia selalu mengikuti ibunya ke manapun. Ibu Gajah memetik daun terlembut dan buah mangga termanis dari pohon-pohon yang tinggi dan kemudian memberikannya. “Kamu dulu, baru Ibu,” Ibu Gajah berkata. Ia kemudian dimandikan oleh ibunya di kolam teratai yang sejuk diantara semerbak keharuman bunga. Dengan belalainya, Ibu Gajah menghisap air lalu menyemprotkannya ke kepala dan punggung anaknya hingga bersih mengkilap. Kemudian Anak Gajah ini diam-diam mengisi belalainya, dan dengan hati-hati menyemprotkan tepat ke dahi ibunya. Tanpa berkedip, Ibu Gajah balas menyemprotkan air. Balas membalas menyemprot, mereka dengan gembira saling membasahi satu sama lain. Splish! Splash!

Dandelion

Di suatu sudut pekarangan rumah yang tidak istimewa, hiduplah ibu dandelion. Udara siang yang hangat teriring cericipan burung yang sesekali terdengar pastilah menentramkan setiap relung hati yang mencari pelepasan beban. Rumput-rumput menyibakkan keharumannya yang khas.

Ibu dandelion tampak bahagia. Anak-anaknya yang masih halus terlihat menggelantung pada kelopaknya yang khas. Hempasan angin menerbangkan anak-anaknya, hingga tersisa sejentik halus satu anaknya. Anak dandelion ini berusaha menggenggam erat-erat ibunya, melawan hempasan angin yang ingin menerbangkannya.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Tenzing Norgay

Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh…..dari negara mana nama tersebut berasal?….Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya…mungkin juga belum…bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary…ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar. Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tetapi Tenzing Norgay.

Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest. Tenzing Norgay menjadi pemandu (orang nepal menyebutnya Sherpa) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka. Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.

Ember Bocor yang Merasa Sedih

Udara dingin pegunungan menyusup di sela deraian daun. Kemilau jingga keemasan mentari senja tampak memantul berganti-gantian di permukaan air yang beriak dalam dua ember yang dipikul seorang petani. Sebuah rutinitas yang tampaknya dijalani dengan keriangan hati.

Dalam hempasan nafas lelah yang panjang, tersirat binar kepuasan dalam raut wajah sang petani pembawa ember air tersebut. Akan tetapi, suatu kala terjadi sesuatu di antara dua ember yang dipikul petani tersebut. Salah satu ember berujar kepada ember yang lain, “Hei, cobalah lihat dirimu ember bocor, bercerminlah. Sadarkah engkau setiap hari membuang setengah dari air yang terisi penuh?” Ember bocor kaget dan menyadari ada sebuah lubang halus pada dirinya. Sepanjang perjalanan, air yang dibawanya perlahan menetes keluar dan tersisa setengahnya ketika sampai di tujuan.

Bib dan Bob

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lollipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Selasa, 11 Oktober 2011

binun

Lama rasanya g curcol disini ya . Apakah apakah?? sebenarnya saya juga bingung mau bilang apa. he-he-he.
Biasanya mampir ke sini pas lagi ada hal2 baru yang mau dibagikan, setiap ada masalah dan ada sesuatu yang mengganjal dihati. Sepertinya sekarang juga begitu, hanya saja akhir2 ini saya merasa ketika ada yang janggal, cara meresponnya menjadi sedikit berbeda. Sejak pelajaran tentang Empat Kebenaran Mulia.

Dulu setiap ada sesuatu pasti diungkapkan dengan tulisan tetek bengek yang kadang g jelas juga. ha-ha-ha.
tapi sekarang mau nulis panjang2 malah g bisa, odo opo yo?
ya mungkin karena itu tadi. Sekarang cukup saya sadari saja. Yah.. Kebenaran mulia tentang dukkha (penderitaan). Hidup ini adalah dukkha (penderitaan) atau ada juga yang lebih srek dengan mengatakan dalam hidup ini ada penderitaan. Saya pribadi lebih melihat hidup ini adalah penderitaan. Semua apapun yang kita alami dalam kehidupan ini adalah dukkha (penderitaan). Bukan menjadi pesimis tapi mencoba realistis.

Jumat, 07 Oktober 2011

Tonjokan Yang Melukai Diri Sendiri

Jika kamu menonjok sebongkah batu, walaupun batu itu tidak menonjok balik, kamu akan tetap merasakan sakit.
Saya pernah menuliskan ini di kolom status saya di FB, tapi sepertinya orang2 yang tidak mengerti hanya menganggap ini adalah satu kalimat konyol yang walaupun tidak saya katakan pun semua orang sudah pasti tau. Kalau kita menonjok batu maka tangan pasti akan terasa sakit, dan mana ada batu yang bisa menonjok balik?

"Sepertinya yang buat status agak kurang waras deh!" hahahha... mungkin ada sebagian orang yang berpikir demikian. Namun dari beberapa teman yang sempat singgah dan memberikan komentar, sepertinya memang tidak ada yang mengerti maksud dari kalimat ini, selain menganggap bahwa kalimat ini tidak lebih dari sebuah kalimat konyol yang tidak perlu diungkapkan.

Tetapi taukah Anda apa maksud dari kalimat ini?
Cobalah berpikir sejenak sebelum melanjutkan membaca...

Sabtu, 24 September 2011

10 hal yang paling kurindukan dari masa sekolah

Hari ini saya mengajukan sebuah pertanyaan yang akan saya jawab sendiri.
Apakah hal yang paling kamu rindukan dari masa2 sekolah dulu???
Saya akan mulai menjawab...
Satu, saya rindu menjadi petugas kebersihan kelas. hehehe.
dulu itukan ada jadwal kebersihan kelas, dan sepertinya asik juga yah. waktu SD saya sering datang lebih pagi untuk membersihkan kelas, mengangkat kursi, dan menyapu, terkadang juga mengganti air cuci tangan.
Dua, saya rindu seragam sekolah.
Tiga, rindu bel istirahat dan kantin.
Empat, rindu halaman sekolah tempat bermain dan berpetualang. (spesial untuk halaman sekolah SD).
Lima, rindu bangku dan meja kecil yang ada lacinya, hehehhe..
Enam, rindu jalan kaki ke sekolah, jalan kaki pulang sekolah.
Tujuh, rindu lessssssss soreee...
Delapan, rindu upacara bendera dan olah raga jumat.
Sembilan, rindu pelajaran agama dimana saya dan beberapa teman bisa bebas keluar kelas karena tidak ada pelajaran Agama Buddha. hihihii..
Sepuluh, rindu cinta masa sekolah..
Itulah sepuluh hal yang sangat saya rindukan, dan memunculkan harap untuk bisa kembali merasakan suasana itu.

Rabu, 14 September 2011

Sila ketiga (Kamesumicchacara)

Kisah Khemaka, Dhammapada XXII, 4-5
  • Khemaka, keponakan Anathapindika, ditangkap sebanyak 3 kali akibat perzinahan tanpa penyesalan. 
  • Sang Buddha membabarkan syair 309 dan 310 berikut ini:
Orang yang lengah dan berzinah akan menerima 4 ganjaran:
Pertama, ia akan menerima akibat buruk;
Kedua, ia tidak dapat tidur dengan tenang;
Ketiga namanya tercela; dan
Keempat, ia akan masuk kea lam neraka.

Ia akan menerima akibar buruk dan kelahiran rendah pada kehidupannya yang akan datang.
Sungguh singkat kenikmatan yang diperoleh lelaki dan wanita yang katakutan, dan raja pun akan menjatuhkan hukuman berat.
Karena itu, janganlah seseorang berzinah dengn isteri orang lain.
  •  Khemaka mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah kotbah Dhamma itu berakhir.

Dhammapada XVIII, 17 Kisah 5 umat awam
… Sang Buddha menjawab, “Ananda, nafsu (raga), kebencian (dosa), dan ketidak-tahuan (moha) adalah tiga hal yang menghalangi orang mengerti Dhamma.
Nafsu membakar seseorang; tiada api sepanas nafsu. Dunia mungkin saja terbakar ketika tujuh matahari muncul di angkasa, tetapi itu jarang terjadi.
Namun nafsu selalu membakar tanpa henti.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 251 berikut:
Tiada api yang dapat menyamai nafsu,
tiada cengkraman yang dapat menyamai kebencian,
tiada jarring yang dapat menyamai ketidak-tahuan,
dan tiada arus yang sederas nafsu keinginan.

Kamesu micchacara
Kamesu : dalam persengggamaan atau persetubuhan
Miccha : cabul atau menyimpang
Cara : perilaku
Gabungan ketiganya bermakna “berbuat salah dalam hubungan seksual” à perzinahan.
Menahan diri dari pemuasan nafsu seksual dengan cara yang salah.

Kamis, 08 September 2011

Menyucikan Hati – Ven. Ajahn Chah

Akhir-akhir ini banyak orang pergi ke berbagai tempat untuk melakukan kebajikan (memberikan persembahan) ke vihara. Dan mereka tampaknya selalu singgah di Wat Ba Pong (sebuah vihara di Thailand), entah dalam perjalanan perginya, atau pada pulangnya. Beberapa orang begitu terburu-buru sehingga saya tidak sempat bertemu atau pun bercakap dengan mereka. Kebanyakan orang mencari kebajikan, tetapi saya lihat tidak banyak yang mencari jalan keluar dari perbuatan salah. Mereka begitu bernafsu mendapatkan jasa, tetapi tidak tahu akan menempatkannya di mana. Ini seperti mencoba mewarnai kain yang kotor, dengan tidak mencucinya.