Memadamkan Api Kemarahan Lewat Kearifan Buddhis
Ketika seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat kita marah, tentu saja kita menderita.
Kita cenderung mengatakan atau melakukan sesuatu kembali untuk membuat orang tersebut menderita juga, dengan harapan bahwa penderitaan kita akan berkurang.
Kita berpikir "Aku ingin menghukum kamu, aku ingin membuat kamu menderita karena kamu telah membuat aku menderita dan ketika aku melihat kamu sangat menderita aku akan merasa lebih baik"
Kenyataan yang sebenarnya adalah, ketika kamu membuat orang lain menderita, dia akan mencoba mencari kelegaan dengan membuat kamu lebih menderita lagi. Hasilnya adalah bertambahnya penderitaan di kedua belah pihak.
Pada saat kamu menjadi marah, kamu cenderung percaya bahwa kesengsaraanmu telah disebabkan oleh orang lain.
Kamu menyalahkan dia atas semua penderitaanmu. Banyak orang lain, yang dihadapkan pada situasi yang sama, tidak akan menjadi marah seperti dirimu. Mereka mendengar kata-2 yang sama, mereka melihat situasi yang sama, namun mereka mampu tetap tenang dan tidak terbawa. Kenapa kamu menjadi marah dengan begitu mudah?
Kamu mungkin begitu mudah marah karena benih kemarahanmu terlalu kuat, dan karena kamu tidak berlatih metode-2 untuk merawat kemarahanmu dengan baik, benih kemarahan itu telah terlalu sering disirami pada masa lalu.
Kita semua punya benih kemarahan dalam kesadaran kita. Tapi dalam diri beberapa orang, benih kemarahan itu lebih besar daripada benih-2 kita yang lain spt:" Cinta kasih" atau "welas asih". Benih kemarahan itu mungkin lebih besar karena kita tidak pernah berlatih pada masa lalu.
Ketika kita mulai mengembangkan energi perhatian penuh kesadaran, pengertian pertama yang akan kita dapatkan adalah bahwa penyebab utama dari penderitaan kita, kesengsaraan kita, bukanlah orang lain - ia adalah benih kemarahan dalam diri kita sendiri.
Pada saat itu kita akan berhenti menuding orang lain sebagai penyebab semua penderitaan. Kita sadar bahwa dia hanyalah suatu penyebab sekunder. Kamu mendapat banyak kelegaan ketika kamu memiliki pengertian ini, dan kamu mulai merasa lebih baik.
Buddha tidak pernah menasehati kita untuk menekan kemarahan kita, beliau mengajarkan kita untuk kembali ke diri sendiri dan merawatnya dengan baik.
Seperti organ-2 kita, kemarahan kita juga merupakan bagian dari diri kita. Ketika kita marah, kita harus kembali pada diri kita sendiri dan merawat kemarahan kita dengan baik. Kita tidak bisa berkata :" Pergilah kemarahan, kamu harus pergi. Aku tidak menginginkanmu"
Ketika kamu sakit perut, kamu tidak berkata "Aku tidak menginginkanmu perut, pergilah" ...TIDAK, kamu merawatnya.
Dengan cara yang sama, kita harus merangkul dan merawat kemarahan kita dengan baik. Kita mengenalinya sebagaimana adanya, merangkulnya, dan tersenyum. Energi yang membantu kita melakukan hal-2 ini adalah perhatian penuh kesadaran, perhatian penuh kesadaran dalam berjalan dan perhatian penuh kesadaran dalam bernapas.
Latihan perhatian penuh kesadaran menghasilkan konsentrasi dan pengertian.
Pengertian adalah hasil dari latihan yang bisa membantu kita untuk memaafkan, untuk mencintai.
Dalam waktu lima belas menit, atau setengah jam, latihan perhatian penuh kesadarn, konsentrasi dan pengertian dapat membebaskan dirimu dari kemarahanmu dan menjadikan kamu seorang yang penuh dengan cinta.
Itu adalah kekuatan dharma, keajaiban dharma.
(sumber : ANGER - Memadamkan api kemarahan lewat kearifan Buddhis by Thich Nhat Hanh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berpikirlah sesuka hatimu, tapi katakanlah hanya apa yang harus kau katakan :)