Saya tak pernah menyesal pernah menjadi seorang Yogi..
Ini adalah kesempatan kedua saya..
Pengalaman pertama pada meditasi Samatha Bhavana dan kali ini Vipassana Bhavana..
Perlahan... perlahan.. perlahan...
semua dilakukan dengan perlahan dan penuh kesadaran..
Step by step kata Sayadaw U Pandita..
Ini adalah latihan meditasi Vipassana yang pertama bagiku dibawah bimbingan Sayadaw U Pandita.
terasa lebih mudah dan sedikit keluhan karena saya pernah mengikuti latihan ini sebelumnya, walaupun tidak seketat latihan kali ini..
Tanpa kata.. tanpa suara..
Kami... sesama Yogi.. dilarang untuk saling berbicara..
Kami harus berlatih dengan perhatian penuh pada apapun yang sedang kami kerjakan..
Pada saat meditasi (duduk maupun berjalan), kalo bahasa kerennya sitting meditation and walking meditation..
maupun pada saat melakukan aktifitas sehari-hari, seperti makan, menggosok gigi, mencuci muka, mandi, ke kamar kecil, dan sebagainya..
Setiap saat kami bermeditasi...
Setiap saat kami berusaha untuk memperoleh perhatian penuh terhadap apa yang sedang kami kerjakan..
Saya berusaha menjalani latihan itu dengan baik..
Dengan merenungkan sejak awal bahwa saya hanya mempunyai waktu 3 hari untuk berlatih..
Dan saya harus memanfaatkan kesempatan itu dengan baik..
Bertemu dengan seorang guru yang luar biasa..
Kesempatan yang sangat langka dan saya sangat bahagia bisa mendapatkannya..
I am very happy..
Saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya..
Tapi untuk lebih memahami, anda harus mengalaminya sendiri..
Hari pertama terasa agak berat bagi saya..
Tapi saya dapat dengan cukup mudah menjalani itu, karena sebelumnya saya pernah mengikuti retret yang hampir serupa.. tapi tak sama... hehehe..
Satu jam meditasi duduk lalu satu jam meditasi jalan..
Begitu seterusnya...
Setiap saat dengan perhatian penuh... mindfulness..
Very peaceful..
Berjalan dengan sangat perlahan, melakukan semuanya dengan perlahan..
Sangat sangat sangat menyenangkan..
Berjalan dengan sangat perlahan, melakukan semuanya dengan perlahan..
Sangat sangat sangat menyenangkan..
Mencoba untuk berdamai dengan dirimu sendiri..
You must try it..
You must try it..
(jadi ketularan English2 nih... habisnya Sayadawnya pake bahasa Eng. sih... hehheheeh... )
Meditasi jalan bukan masalah bagiku..
Tapi... meditasi duduk..
Luar biasa...
Apa yang kulakukan...
z...z....Z.....
Yaa.... tidur.... hihihihihi.... :D
Sebenarnya bukan tidur sih... tapi terkantuk2..
Dari 1 jam waktu untuk meditasi.. kira2 sekitar 30-45 menit saya gunakan untuk terkantuk2...
hehhee...
melawan rasa ngantuk itu.. sungguh luar biasa...
Tapi setelah kau berhasil menaklukkannya.. maka kau akan mendapatkan sebuah kedamaian disana..
Satu waktu dalam latihan itu.. saya tahu bahwa diriku sungguh sangat mengantuk, saya mulai duduk..
Dan mulailah terkantuk2...
Badanku mulai terjatuh ke depan .. dan tersadar lagi.. memperbaiki posisi tubuh.. dan mulai jatuh lagi.. perbaiki lagi.. jatuh lagi.. perbaiki lagi.. jatuh lagi..
Badanku mulai terjatuh ke depan .. dan tersadar lagi.. memperbaiki posisi tubuh.. dan mulai jatuh lagi.. perbaiki lagi.. jatuh lagi.. perbaiki lagi.. jatuh lagi..
Begitu seterusnya..
Selama kurang lebih 45 menit..
Selama kurang lebih 45 menit..
Saya tau itu sekitar 45 menit karena ketika saya duduk bermeditasi, jarum jam menunjukkan 30 menit lagi waktu meditasi duduk akan habis..
Saya memulai... sampai jam itu berbunyi, 30 menit telah berlalu dan saya masih juga terkantuk2..
Setelah itu... satu jam kembali berlalu, jam kembali berbunyi..
Artinya 1 jam 30 menit telah kulalui..
Namun 45 menit yang terakhir terasa begitu damai, sampai2 saya tak ingin bangkit dari tempat duduk ku dan akhirnya memutuskan untuk menambah 1 jam lagi bagi meditasi dudukku..
Luar biasa....
Ternyata saya bisa melewatinya..
Walaupun harus dengan perjuangan yang cukup berat..
Hari kedua masih saja sama..
Namun pada hari ketiga, setelah sesi wawancara, saya merasa lebih baik..
Setelah mendengar penjelasan Sayadaw atas pertanyaan Yogi yang lain dan pertanyaan saya sendiri..
Sekarang saya mengerti.. dan setelah itu..
Pertama kalinya seusai bersih2 sore, saya berjalan kembali ke ruang meditasi dan duduk selama 1 jam menunggu waktu Dhammadesana pada pukul 19.00..
1 jam saya duduk dengan damai, tanpa bergerak dan tanpa ngantuk...
Lebih luar biasa....
hihiihihi....
Selanjutnya 1 jam lagi ketika mendengar Dhammadesana Sayadaw..
Malam ketiga di hari keempat adalah hari terakhir saya dalam latihan itu dan saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya harus mengusahakan apa yang terbaik di hari ini..
Saya mencoba untuk meningkatkan latihan saya selama 2 jam..
2 jam meditasi jalan dan 2 jam meditasi duduk..
Cukup menggelikan... hahhaha...
Pada meditasi duduk yang terakhir itu saya sampai mencubit2 kaki saya sendiri..
Usaha agar tak terkantuk2...
hehehhee....
Dan ternyata cukup ampuh...
Untung saja cubitannya tak berbekas... :D
Begitulah saya menjalani latihan itu dengan penuh perjuangan dan rasa gembira.. :)
Begitulah saya menjalani latihan itu dengan penuh perjuangan dan rasa gembira.. :)
Saya bisa melakukannya dengan baik karena saya menyenanginya.. saya mau belajar untuk berdamai dengan diri saya sendiri..
Satu kejadian yang cukup mengagetkan di hari terakhir..
Setiap pagi saya bangun dengan perasaan yang kaget dan cukup tergesa2 untuk bangun dari tempat tidur...
Soalnya di dalam kamar tidur saya tidak ada satupun penunjuk waktu..
Ini udah jam berapa ya?? saya sama sekali tidak tau..
Jadi ketika lonceng dibunyikan saya sendiri bingung ini lonceng buat bangun pagi atau lonceng buat chanting pagi ya???
Hehehehhe....
Satu pengalaman... lain waktu mesti bawa jam dari rumah kalo begini..
Pada saat bangun tidur di hari keempat, perut saya terasa sakit, mungkin sedikit masuk angin..
Tapi bukan ini hal mengagetkan yang ingin saya ceritakan..
hihihihi....
hihihihi....
Saya lalu bersiap2 dan turun ke ruang meditasi di lantai satu..
Dan saya melihat ada sesosok wanita berpakaian seperti Yogi sedang duduk di bantal meditasi saya..
Saya pikir ini pengaruh mata saya yang masih mengantuk apa ya??
Atau mungkin kode tempat duduknya udah diubah ya??
Hmmm... dengan ragu saya mencoba memastikan..
Saya pikir ini pengaruh mata saya yang masih mengantuk apa ya??
Atau mungkin kode tempat duduknya udah diubah ya??
Hmmm... dengan ragu saya mencoba memastikan..
Berjalan mendekat ke tempat itu dan melihat kode F4..
Ya ini benar tempat saya.. tapi kok ada orangnya ya??
hahahhaha....
Ya sudahlah, mungkin ini orang baru...
Saya lalu berjalan menuju bantal duduk yang masih kosong di bagian belakang..
Dan mulai duduk bermeditasi..
Ketika menutup mata, saya lalu masih terpikirkan tentang tempat duduk saya..
Oh tidak... saya melekat padanya..
Bodohnya diriku... sebuah bantal duduk menimbulkan kemelekatan dalam diriku dan bahkan mengganggu meditasiku pagi ini..
Bodohnya diriku... sebuah bantal duduk menimbulkan kemelekatan dalam diriku dan bahkan mengganggu meditasiku pagi ini..
Saya lalu berkata pada diriku sendiri.. Kedamaian itu ada di dalam diriku, bukan di atas bantal itu..
Dan saya pun akan menemukannya disini, di manapun saya berada, saya akan membawanya, membawa kedamaian itu, karena ia terletak di dalam diriku, di dalam batinku.
Saya lalu dapat bermeditasi dengan tenang dan damai... :)
Hingga saya harus keluar dari tempat itu tanpa rasa penyesalan,, dan justru saya ingin sekali kembali ke sana..
Dua orang yang paling berkesan bagiku selama latihan itu, yang memberikan banyak pelajaran berharga bagiku adalah Sayadaw sendiri dan Sayalay..
Sebelum bertemu Sayadaw, awalnya saya bertemu dengan Sayalay. Sayalay adalah seorang wanita..
Saya lalu dapat bermeditasi dengan tenang dan damai... :)
Hingga saya harus keluar dari tempat itu tanpa rasa penyesalan,, dan justru saya ingin sekali kembali ke sana..
Dua orang yang paling berkesan bagiku selama latihan itu, yang memberikan banyak pelajaran berharga bagiku adalah Sayadaw sendiri dan Sayalay..
Sebelum bertemu Sayadaw, awalnya saya bertemu dengan Sayalay. Sayalay adalah seorang wanita..
Luar biasa.. ia terlihat tenang dan sering tersenyum juga tertawa..
Jika kau menatap matanya maka kau akan melihat sebuah kedamaian di sana.
Jika kau berdialog dengannya, maka kau akan menemukan kedamaian di balik kata2 yang ia ucapkan..
Jika kau melihatnya tersenyum dan tertawa, maka kau akan sungguh melihat ada ketulusan di dalam semua itu.
Selain ikut membimbing dan mengawasi para Yogi, Sayalay juga bertugas sebagai penerjemah, karena Sayadaw sendiri tak bisa berbahasa Indonesia..
Yang kedua adalah Sayalaw, sebelum saya melihat sosoknya, saya hanya bisa mendengar suaranya..
Selain ikut membimbing dan mengawasi para Yogi, Sayalay juga bertugas sebagai penerjemah, karena Sayadaw sendiri tak bisa berbahasa Indonesia..
Yang kedua adalah Sayalaw, sebelum saya melihat sosoknya, saya hanya bisa mendengar suaranya..
Begitu menenangkan, damai...
Selama 4 hari dalam latihan itu, kami hanya punya beberapa kesempatan untuk bertemu dengan Sayadaw, pada waktu2 tertentu, yaitu pada saat Dhammadesana pagi dan malam..
Sayadaw adalah sosok yang tenang dan sedikit bicara, tapi apa yang beliau ucapkan itu sungguh sangat luar biasa bermanfaat bagi saya, dan saya pikir teman2 yang lain juga merasakan hal yang sama..
Apa yang Sayadaw ucapkan itu adalah apa yang benar ingin kami dengarkan, apa yang kami butuhkan dalam latihan itu..
Selama 4 hari dalam latihan itu, kami hanya punya beberapa kesempatan untuk bertemu dengan Sayadaw, pada waktu2 tertentu, yaitu pada saat Dhammadesana pagi dan malam..
Sayadaw adalah sosok yang tenang dan sedikit bicara, tapi apa yang beliau ucapkan itu sungguh sangat luar biasa bermanfaat bagi saya, dan saya pikir teman2 yang lain juga merasakan hal yang sama..
Apa yang Sayadaw ucapkan itu adalah apa yang benar ingin kami dengarkan, apa yang kami butuhkan dalam latihan itu..
Mencoba mengingat2 Dhammadesana Sayadaw...
Hari pertama pada malam itu adalah perkenalan mengenai meditasi Vipassana.. Introduction about Vipassana meditation...
Juga tentang Yogi, bagaimana seharusnya seorang Yogi itu..
Ia yang melakukan semuanya dengan penuh perhatian pada saat berlatih maka ia pantas disebut sebagai seorang Yogi..
Lengkapnya saya lupa.. hehheehe...
Wah.. hari kedua pagi apa ya...
Wah.. hari kedua pagi apa ya...
Saya kok lupa..hehehe.. maap..
Hari kedua malam aja ya,, yang paling berkesan nih, tentang Nivarana yaitu penghalang2 dalam meditasi..
Apa yang Sayadaw katakan benarlah demikian yang saya alami..
Ketika ditanya, kompak saja para Yogi langsung menjawab sama...
hehehe...
Hari ketiga pagi saya juga lupa apa...
hmmm... sepertinya kalo pagi2 saya masih di alam mimpi nih, sampe ndak menyimak dengan baik...
Malam harinya itu yang cukup berkesan juga, tentang pengalaman Sayadaw ketika memberikan retret di Australia, tentang seorang wanita tua yang berlatih sangat keras dan seorang lelaki yang sebelumnya hidup tanpa kesadaran, mereka lalu menceritakan pengalaman mereka pada sesi wawancara kepada Sayadaw.. :)
Dan ini yang terakhir, hari ke empat pagi, kali ini tentang seorang Brahmin dan pembantu Anathapindika pada masa kehidupan Sang Buddha.
Masih cukup teringat, jadi saya ceritakan sedikit ya.. Pada masa itu ada seorang Brahmin dan juga banyak orang2 yang mempunyai pandangan seperti ini pada masa kehidupan Sang Buddha di India beribu2 tahun yang lalu. Diceritakan bahwa seorang brahmin ini setiap pagi yang sangat dingin ia berendam di dalam arus sungai dengan berpikir bahwa dengan melakukan hal ini maka kilesa yang ada dalam dirinya, kekotoran2 batin yang ada di dalam dirinya akan ikut hanyut bersama arus sungai. dan setelah itu, setelah merasa cukup, ia lalu naik ke tepi sungai dan membakar dirinya dengan api.
Dengan pandangan seperti itulah ia manjalani hidupnya dan berpikir bahwa itu adalah cara yang benar sehingga ketika ia meninggal nanti, jiwanya akan naik bertemu dengan brahma, karena kilesa2 dalam tubuhnya telah lenyap.
Malam harinya itu yang cukup berkesan juga, tentang pengalaman Sayadaw ketika memberikan retret di Australia, tentang seorang wanita tua yang berlatih sangat keras dan seorang lelaki yang sebelumnya hidup tanpa kesadaran, mereka lalu menceritakan pengalaman mereka pada sesi wawancara kepada Sayadaw.. :)
Dan ini yang terakhir, hari ke empat pagi, kali ini tentang seorang Brahmin dan pembantu Anathapindika pada masa kehidupan Sang Buddha.
Masih cukup teringat, jadi saya ceritakan sedikit ya.. Pada masa itu ada seorang Brahmin dan juga banyak orang2 yang mempunyai pandangan seperti ini pada masa kehidupan Sang Buddha di India beribu2 tahun yang lalu. Diceritakan bahwa seorang brahmin ini setiap pagi yang sangat dingin ia berendam di dalam arus sungai dengan berpikir bahwa dengan melakukan hal ini maka kilesa yang ada dalam dirinya, kekotoran2 batin yang ada di dalam dirinya akan ikut hanyut bersama arus sungai. dan setelah itu, setelah merasa cukup, ia lalu naik ke tepi sungai dan membakar dirinya dengan api.
Dengan pandangan seperti itulah ia manjalani hidupnya dan berpikir bahwa itu adalah cara yang benar sehingga ketika ia meninggal nanti, jiwanya akan naik bertemu dengan brahma, karena kilesa2 dalam tubuhnya telah lenyap.
Lalu pada suatu waktu, seorang pembantu dari Anathapindika, seorang saudagar yang kaya dimasa itu, berniat untuk mencuci piring di sungai yang sama, tempat dimana brahmin itu sedang merendam dirinya.
Karena merasa penasaran, pembantu wanita ini, yang masih tergolong belia, lalu mendekati brahmin itu dan bertanya kepadanya. "Hei Tuan, apa yang sedang engkau lakukan?"
Brahmin itu kemudian memberitahukan apa yang sedang ia lakukan.
Brahmin itu kemudian memberitahukan apa yang sedang ia lakukan.
Kemudian pembantu itu bertanya lagi, jika apa yang kau lakukan itu, dengan berendam di sungai yang sangat dingin ini akan mempu menghilangkan kilesa2 yang ada di dalam dirimu, dan membuatmu bertemu dengan brahma ketika engkau meninggal nanti, bukankah hewan2 yang berada di dalam sungai ini, seperti kepiting, udang, ikan dan lainnya, mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertemu dengar brahma?
Jika dibandingkan dengan mereka, engkau hanya merendam dirimu beberapa menit di sungai ini, sedangkan mereka melakukannya sepanjang hidup mereka.
Jika dibandingkan dengan mereka, engkau hanya merendam dirimu beberapa menit di sungai ini, sedangkan mereka melakukannya sepanjang hidup mereka.
Brahmin ini merasa apa yang dikatakan pembantu ini sangat masuk akal, ia lalu berikir bahwa jika ia dapat begitu yakin mengatakan hal itu, maka ia pasti tau bagaimana cara yang sebenarnya untuk mengikis kilesa2 yang ada dalam diri ini.
Kemudian brahmin ini balik bertanya, jika seperti itu, bagaimanakah cara yang sebenarnya untuk mengikis kilesa2 yang ada dalam diriku.. Pembantu tadi lalu menjelaskannya ( maap, yang ini saya lupa panjelasannya, takut salah ngomong, hehhee..)
Setelah mendengarkan penjelasan itu, Brahmin ini kemudian bertanya siapakah yang mengajarkan hal ini padanya, pembantu itu lalu menjawab bahwa tuannya, Anathapindika, sering mengundang Sang Buddha ke rumahnya, menjamu, lalu Sang Buddha memberikan nasehat2 ini padanya.
Setelah mendengarkan penjelasan itu, Brahmin ini kemudian bertanya siapakah yang mengajarkan hal ini padanya, pembantu itu lalu menjawab bahwa tuannya, Anathapindika, sering mengundang Sang Buddha ke rumahnya, menjamu, lalu Sang Buddha memberikan nasehat2 ini padanya.
Begitulah selanjutnya brahmin dan pembantu ini menjadi teman dekat, dan si pembantu mengiayakan permintaan brahmin untuk ingut menemui Sang Buddha..
Begitulah Dhammadesana yang terakhir saya dengar pada kesempatan retret 3 hari ku, dan sedikit bincang2 dengan Sayalay sebelum pulang kerumah..
Kesempatan yang sangat berbahagia... :)
Sekarang... sampailah kita ke penghujung tulisan ini...
Sekarang... sampailah kita ke penghujung tulisan ini...
Terima kasih telah membaca sampai akhir...
Semoga jasa kebajikan yang telah kita lakukan membawa kebahagiaan bagi semua makhluk..
Sadhu...Sadhu...Sadhu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berpikirlah sesuka hatimu, tapi katakanlah hanya apa yang harus kau katakan :)