Kamis, 10 februari 2010, saya mengalami shock terapi, untuk yang pertama kali dalam hidupku, dibangunkan secara tiba2 pada pukul 03.30 dini hari.
Saya tak tau jelas bagaimana kejadian ini bermula, yang kutau hanyalah terdengar bunyi gaduh dan pintu kamarku terbuka dengan kerasnya, satu tepukan di bagian pahaku membangunkanku dari tidur pulasku. Tak biasanya diriku langsung melompat dari pembaringan jika dibangunkan, tapi kali ini asliiiiiii sungguh tak kusangka, saat kudengar suara tanteku yang berkata “cepat bangun, ada kebakaran di mesjid”. Tanpa berpikir panjang, segera saja saya meloncat dari tempat tidurku. Kebetulan mesjid yang terbakar itu berdampingan dengan sekolah di bagian kirinya dan rumahku di bagian kanannya hanya berantara satu rumah dari mesjid itu dan bahayanya adalah tak ada ruang sedikitpun, layaknya sebagian besar rumah di perkotaan dengan satu dinding yang digunakan bersama.
Satu barang yang sempat kuraih pada saat itu adalah telepon genggamku yang berada tepat disamping bantalku. Sungguh tak terpikir barang yang lain, yang kupikirkan pada saat itu adalah bagaimana cara agar segera keluar dari rumah ini. Pada saat kejadian itu, yang berada di rumah adalah saya sendiri yang baru saja pulang dari KKN 2hari yang lalu, tanteku yang memang tinggal denganku, nenek yang selalu menginap dirumahku kalau malam, dan tanteku yang satunya lagi dengan dua orang anaknya yang masih berusia 7 bulan dan 3 tahun yang lagi berlibur di rumah kami. Tak ada barang yang sempat kami bawa pada saat itu, kecuali sebuah tas yang berisi surat2 penting dan sebuah tas jinjing milik tanteku yang berisi uang dan kartu penting.
Terlihat olehku pada saat itu tanteku berlari turun ke lantai satu dengan membawa tas berisi surat2 penting dan segera mengambil kunci rumah dan membuka pintu agar kami dapat segera keluar, sementara tanteku yang satunya lagi menggendong anaknya yang masih kecil sambil menggandeng tas miliknya, sementara nenekku yang telah berusia 72 tahun pada saat itu mampu berlari menggendong cucunya yang berusia 3 tahun menuruni 20 anak tangga yang sehari-harinya harus ia turuni dengan perlahan. Tak lama setelah itu kami segera berlari keluar untuk berlindung di rumah yang berada di depan rumah kami, sambil melihat nyala api yang semakin besar.
Tepat ketika kami keluar terdengar suara seorang bapak yang berteriak menyuruh untuk menelpon petugas pemadam kebakaran. Diriku yang dipenuhi rasa bingung sampai tak sadarkan diri sontak berteriak kepada setiap orang yang lewat didepanku menanyakan no.telp petugas pemadam kebakaran. Namun tak seorang pun yang menjawab, segera kutelp informasi 108 untuk menanyakannya dan langsung saja terdengar suara balasan katanya 113. Kumatikan teleponku yang sebelumnya dan segera saja menekan nomor itu tapi beberapa kali terus kucoba tetap tak bisa tersambung, sementara itu api semakin menjadi-jadi. Terlihat api yang semakin besar sepertinya telah sampai di atas atap rumahku, pada saat itu hanya pasrah yang dapat kulakukan, kukatakan dalam hati “biarlah semua ini terjadi jika memang seperti itulah yang harus terjadi, yang jelas kami semua selamat dari bahaya itu”. Tiba2 saya teringat ternyata laptopku masih berada di dalam rumah, segera kuberitahukan pada tanteku dan hanya kata2 pasrah juga yang terucap. Ya sudahlah, kurelakan saja, bukan bendanya tapi yang lebih penting adalah data yang ada di dalamnya.
Setelah cukup lama menunggu, petugas pemadam kebakaran belum juga sampai, dan karena dihantui rasa penasaran akhirnya ku hubungi kembali 108 dan menanyakan nomor telpon itu, tak lama kemudian terdengar jawaban 6 digit nomor setelah menanyakan di kota mana lokasi tempat tinggalku. Tanpa mengucapkan terima kasih segera kututup telepon itu sambil mengahafal 6 digit nomor tadi dan akhirnya tersambung, dengan gugup kukatakan bahwa di dekat rumahku terjadi kebakaran dan meminta mobil pemadam agar segera ke sini. Tak lama kemudian sebelum sempat kututup teleponku ternyata telah terdengar suara mobil itu yang berjalan masuk ke gang rumahku. Huff.. lega rasanya akhirnya bala bantuan yang ditunggu2 datang juga. Segera setelah sampai di lokasi, para petugas dengan sigapnya memadamkan api itu, dan tepat pada pukul 04.44 api telah berhasil dijinakkan. Pada saat itu saya sempat masuk ke dalam rumah untuk mengambil laptop dan beberapa berkas2 penting lainnya. Syukurlah semuanya masih utuh dan setelah diperiksa ternyata rumahku juga masih terlindungi dari bahaya itu. Semoga demikianlah adanya.
Setelah api berhasil dipadamkan terlihat puing2 sisa pembakaran di sekolah yang ternyata merupakan sumber api. Mesjid masih terlihat utuh, kecuali kaca jendela yang tepat berada di depan api. Bagian sekolahpun yang hangus hanyalah lantai dua dan lantai satu masih terlihat baik dan dapat digunakan. Fajar telah menyingsing dan api telah padam, kepanikan telah berakhir, namun rasa takut masih tersisa di dalam hati kami, bahkan ketika menulis posting ini sesekali masih terasa merinding di tubuhku. Pada jam sekolah terlihat siswa-siswi yang sedang bergotong-royong membersihkan sekolah mereka. Semoga kejadian seperti ini takkan terulang kembali, semoga kami semua dapat memetik hikmah dari kejadian ini, dan terima kasih kepada petugas pemadam kebakaran yang telah membantu menyelematkan rumah kami. Semoga jasa kebajikan yang telah mereka lakukan melimpah kepada semua makhluk. Semoga semua makhluk senantiasa berbahagia.
Sadhu.. Sadhu.. Sadhu… _/\_
Woahh... Syukur deh ngga terjadi hal2 yg lebih parah.. Dan untung juga pemadam kebakarannya cepet datengnya.. :)
BalasHapusiyaa... :)
BalasHapus